Halaman

Kamis, 21 Oktober 2010

Rabu, 13 Oktober 2010

Komodo

Indonesia’s Komodo National Park includes the three larger islands Komodo, Rinca and Padar, as well as numerous smaller ones, for a total area of 1,817 square kilometers (603 square kilometers of it land). The national park was founded in 1980 to protect the Komodo dragon. Later, it was also dedicated to protecting other species, including marine animals. The islands of the national park are of volcanic origin.
http://www.new7wonders.com/community/en/new7wonders/new7wonders_of_nature/komodo

[+/-] Selengkapnya...

MODEL PEMBELAJARAN BELA H. BANATHY

Model pengembangan sistem pembelajaran ini berorientasi pada tujuan pembelajaran. Langkah-langkah pengembangan sistem pembelajaran terdiri dari 6 jenis kegiatan. Model desain ini bertitik tolak dari pendekatan sistem (system approach), yang mencakup keenam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pada langkah terakhir para pengembang diharapkan dapat melakukan perubahan dan perbaikan sehingga tercipta suatu desain yang diinginkan. Model ini tampaknya hanya diperuntukan bagi guru-guru di sekolah, mereka cukup dengan merumuskan tujuan pembelajaran khusus dengan mengacu pada tujuan pembelajaran umum yang telah disiapkan dalam sistem.
Komponen-komponen tersebut menjadi dan merupakan acuan dalam menetapkan langkah-langkah pengembangan, sebagai berikut :
1. Merumuskan tujuan (formulate objectives);
2. Mengembangkan tes (develop test);
3. Menganalisis kegiatan belajar (analyzing learning task);
4. Mendesain sistem instruksional (design system);
5. Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test output);
6. Mengadakan perbaikan (change to improve);
Komponen-komponen/langkah-langkah pengembangan tersebut di uraikan lebih lanjut di bawah ini :
Langkah-langkah pengembangan desain
Pengembangan desain pembelajaran dilakukan melalui 6 langkah pengembangan sebagai berikut :
Langkah 1 : Merumuskan tujuan
Pada langkah ini pengembang merumuskan tujuan pembelajaran, yang merupakan pernyataan tentang hal-hal yang diharapkan untuk dikerjakan, diketahui, dirasakan, dan sebagainya oleh peserta didik atau siswa sebagai hasil pengalaman belajarnya.
Langkah 2 : Mengembangkan tes
Pada langkah ini dikembangkan suatu tes sebagai alat evaluasi, yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar, atau ketercapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik/siswa. Penyusunan tes berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya.
Langkah 3 : Menganalisis kegiatan belajar
Pada langkah ini dirumuskan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik/siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, yakni perubahan tingkah laku yang diharapkan. Pada langkah ini, perilaku awal peserta didik/siswa perlu dinilai dan dianalisis. Berdasarkan gambar tentang perilaku awal tersebut dapat dirancang materi pelajaran dan tugas-tugas belajar yang sesuai, sehingga mereka tidak perlu mempelajari hal-hal yang telah diketahui atau telah dikuasai sebelumnya.
Langkah 4 : Mendesain sistem instruksional
Pada langkah ini dikembangkan berbagai alternatif dan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pembelajaran, baik yang harus dilakukan oleh siswa/peserta didik maupun kegiatan-kegiatan guru/tenaga pengajar. Langkah ini dikembangkan sedemikian rupa yang menjamin agar peserta didik melaksanakan dan menguasai tugas-tugas yang telah dianalisis pada langkah 3. Desain sistem juga meliputi penentuan siswa yang mempunyai potensi paling baik untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan oleh karena perlu disediakan alternatif kegiatan tertentu yang cocok. Selain dari itu, dalam desain sistem supaya ditentukan waktu dan tempat melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran.
Langkah 5 : Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil
Sistem yang sudah di desain selanjutnya dilaksanakan dalam bentuk uji coba di lapangan (sekolah) dan di tes hasilnya. Hal-hal yang telah dilaksanakan dan dicapai oleh peserta didik merupakan output dari implementasi sistem, yang harus dinilai supaya dapat diketahui hingga mereka dapat mempertunjukan atau menguasai tingkah laku sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajaran
Langkah 6 : Mengadakan perbaikan
Pada langkah ini ditentukan, bahwa hasil –hasil yang diperoleh dari evaluasi digunakan sebagai umpan balik bagi sistem keseluruhan dan bagi kompinen-komponen sistem, yang pada gilirannya menjadi dasar untuk mengadakan perubahan untuk perbaikan sistem pembelajaran.
Kendatipun 6 komponen tersebut tampaknya sangat sederhana, namun untuk mengembangkan rancangan sistem pembelajaran model ini memerlukan kemampuan akademik yang cukup tinggi serta pengalaman yang memadai serta wawasan yang luas. Selain dari itu, proses pengemabnagan suatu sistem menuntut partisipasi pihak-pihak terkait, seperti kepala sekolah, administrator, supervisor dan kelompok guru, sehingga rancangan kurikulum yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pendidikan di sekolah dan dapat diterapkan dalam sistem sekolah.

[+/-] Selengkapnya...

Belajar, Pembelajaran dan Pembaharuan Pembelajaran

A. Hakekat Pembelajaran
Pengertian belajar (Fontana, 1981:147) adalah “proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman”. Sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.
Pengertian belajar dan pembelajaran menurut beberapa pandangan:
• Menurut pandangan Skinner belajar adalah suatu perilaku.
• Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks.
• Menurut konsep sosiologi, belajar adalah jantungnya dari proses sosialisasi, dan pembelajaran adalah rekayasa sosio-psikologis untuk memelihara kegiatan belajar tersebut, sehingga tiap individu yang belajar akan belajar secara optimal dalam mencapai tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik.
• Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan tingkah laku dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan.

B. Pembelajaran Efektif dan Bermakna
Pembelajaran yang efektif dan bermakna dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1. Apersepsi;
2. Eksplorasi;
3. Konsolidasi pembelajaran;
4. Pembentukan kompetensi, sikap dan perilaku;
5. Penilaian formatif.

C. Kriteria Keberhasilan Pembelajaran
Keberhasilan pendidikan berbasis kompetensi dapat dilihat dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang berdasarkan pada kompetensi serta indikator-indikator pencapaian tujuan kompetensi yang telah ditentukan.

D. Organisasi dan Manajemen Pembelajaran
Agar pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal perlu diorganisasikan dan dikelola. Setidaknya ada lima hal yang perlu diperhatikan yang berkaitan dengan organisasi manajemen pembelajaran dalam implementasi kurikulum, yaitu; pelaksanaan pembelajaran, pengadaan dan pembinaan tenaga ahli, pendayagunaan lingkungan dan sumberdaya masyarakat, pengembangan dan penataan kebijakan, serta keterbatasan pembelajaran.



Daftar Pustaka
Sutardi, D., Sudirjo, Encep. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung: UPI PRESS.

[+/-] Selengkapnya...

Teori-Teori Belajar dan Implikasinya dalam Pembelajaran

A. Teori Behavioristik
1. Pelopor dan Teori Belajar Behavioristik
Tokoh behaviorisme antara lain: JB. Watson, Thorndike, dan BF. Skinner. Watson berpendapat bahwa perilaku manusia sebagai hasil pembentukan melalui lingkungan. Oleh karena itu, pendidikanpun dianggap sebagai pembentuk perilaku manusia. Sedangkan Thorndike berpendapat bahwa belajar lebih bersifat meningkat bertahap (incremental) daripada karena hadirnya insight (pemahaman). Artinya belajar itu melalui langkah-langkah kecil yang sistematis daripada sebuah lompatan besar.
2. Belajar menurut Teori Belajar Behavioristik
Menurut teori ini perilaku merupakan hal-hal yang dapat diamati, dan terbentuk dengan adanya ikatan asosiatif antara stimulus dan respon (S-R). proses belajar terjadi dengan adanya tiga komponen pokok, yaitu; stimulus, respond an akibat. Stimulus adalah sesuatu yang dating dari lingkungan yang dapat membangkitkan respon individu. Respon merupakan jawaban atas stimulus. Sedangkan akibat merupakan dampak setelah seseorang merespon stimulus.
Reinforcement (penguatan) menjadi prinsip utama dalam memperkuat lekatnya hasil belajar pada diri seseorang. Akibat yang positif dan dapat memberikan kepuasan akan diperkuat oleh individu, tetapi yang tidak memberikan kepuasan akan dihindari oleh individu.
3. Implikasi Teori Belajar Behavioristik dalam pembelajaran
Proses pembelajaran yang sejalan dengan paham behavioristik menekankan akan pentingnya keterampilan dan pengetahuan akademik maupun perilaku sosial sebagai hasil belajar. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akademik. Pendekatan ini menekankan pada ketuntasan penguasaan terhadap apa-apa yang dipelajari.

B. Teori Humanisme
1. Belajar menurut Teori Belajar Humanisme
Teori ini memandang bahwa perilaku manusia ditentukan oleh dirinya sendiri, faktor internal dirinya dan bukan oleh kondisi lingkungan. Menurut humanisme, aktualisasi diri merupakan puncak dari perkembangan individu. Menurut humanisme, motivasi belajar harus dating dari dalam diri individu. Menurut teori ini, salah satu karakteristik yang harus ada pada guru adalah kemampuan memotivasi belajar siswa. Selain itu, guru harus memiliki sikap empati (emphatic), terbuka (open mindedness), keaslian (genuineness), kekonkretan (concreteness), dan kehangatan (warmth).
2. Implikasi Teori Belajar Humanisme dalam pembelajaran
Pandangan humanisme terhadap pembelajaran sudah memberikan penataan terhadap peran guru. Guru berperan sebagai fasilitator dan bukan sebagai pusat pembelajaran. Proses pembelajaran diarahkan pada perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor. Siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi dan mengembangkan kesadaran identitas dirinya.

C. Teori Kognitif
1. Belajar menurut Teori Kognitif
Teori belajar kognitif berpandangan bahwa proses belajar pada manusia melibatkan proses pengenalan yang bersifat kognitif. Menurut pandangan ini cara belajar orang dewasa berbeda dengan cara belajar anak. Tokoh utama teori ini adalah Jean Piaget. Piaget membagi tahap perkembangan kognitif menjadi; a) tahap sensori motor (0-2 tahun), b) periode praoperasional (2-7 tahun), c) periode operasional kongkret (7-12 tahun), d) periode operasional formal (12-15 tahun).
2. Implikasi Teori Belajar Kognitif dalam pembelajaran
Dari aliran psikologi kognitif, teori Piaget lebih banyak digunakan dalam pembelajaran. Menurut Piaget, belajar tidak harus selalu berpusat pada guru, tapi anak harus lebih aktif. Oleh karena itu anak dibimbing supaya aktif menemukan sesuatu yang dipelajarinya. Konsekuensinya, guru dituntut untuk mampu menyiapkan materi yang akan dipelajari menjadi menarik dan menantang untuk siswa terlibat dalam proses pembelajaran.

D. Teori Belajar Konsep
1. Belajar menurut Teori Konsep
Konsep ialah suatu abstraksi mental dari pengalaman-pengalaman responsif terhadap stimulus-stimulus. Dimensi konsep menurut Flavell ada tujuh, yaitu (a) atribut, (b) struktur, (c) keabstrakan, (d) keinklusifan, (e) generalitas/keumuman, (f) ketepatan, dan (g) kekuatan (power). Seseorang memperoleh konsep melalui formasi konsep dan asimilasi konsep. Formasi konsep merupakan proses pembentukan konsep secara induktif. Sedangkan asimilasi konsep merupakan proses yang terjadi secara deduktif.
Tingkatan pencapaian konsep menurut Klausmeier (Dahar, 1996:88), yaitu;
a. Tingkat Kongkret
b. Tingkat Identitas
c. Tingkat Klasifikasi
d. Tingkat Formal
2. Implikasi Teori Belajar Konsep dalam pembelajaran
Dalam pembelajaran yang berbasis konsep ada 2 langkah, yaitu penemuan konsep yang diajarkan dan perencanaan pembelajaran yang menjcakup penentuan tingkat pencapaian konsep dan analisis konsep. Dalam pembelajaran konsep perlu diperhatikan langkah yang akan dilakukan, yaitu 1) menyangkut penentuan tingkat pencapaian konsep. Ini didasarkan pada tuntutan kurikulum, perkembangan peserta didik dan tingkat kepentingan konsep, dan 2) analisis konsep, menyangkut nama, atribut-atribut kriteria dan variable, definisi, contoh-contoh dan hubungan konsep dengan konsep lainnya.


E. Belajar Bermakna
1. Belajar menurut Teori Bermakna
Ausubel mengklasifikasikan belajar ke dalam 2 dimensi, yaitu; materi atau informasi yang diterima oleh siswa, dan bagaimana cara seseorang mengaitkan informasi yang diterima dengan struktur kognitif yang telah ada. Apabila informasi yang diperoleh dihubungkan dengan struktur kognitif yang telah ada, maka terjadilah apa yang disebut dengan belajar bermakna. Kebermaknaan suatu pembelajaran sangat dipengaruhi oleh struktur kognitif yang telah ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan waktu tertentu. Dahar (1996:116) mengemukakan dua prasyarat terjadinya belajar bermakna, yaitu (1) materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial, (2) anak yang akan belajar harus bertujuan belajar bermakna.
2. Implikasi Teori Belajar Bermakna dalam pembelajaran
Dalam penerapan teorinya pada proses pembelajaran Ausubel menawarkan beberapa implikasi, yaitu advance organizer, diferensial progresif, belajar superordinat dan penyesuaian integrative.
Daftar Pustaka
Sutardi, D., Sudirjo, Encep. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung: UPI PRESS.

[+/-] Selengkapnya...

Implementasi Pembaharuan Pembelajaran di SD dan Hambatannya

A. Perubahan Pembelajaran dengan Menyusun dan Pelaksanaan Program Berlandaskan Perkembangan Siswa
Ada tiga faktor yang dominan mempengaruhi proses perkembangan individu, yaitu faktor bawaan (heredity) yang bersifat alamiah, faktor lingkungan (environment) merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan, dan faktor waktu yaitu saat-saat tibanya masa peka atau kematangan. Ketiga faktor dominan dalam proses berlangsungnya perkembangan individu berperan secara interaktif, yang dapat dijelaskan secara funsional atau regresional. Menurut Abin Syamsuddin ternyata prinsip dan hukum-hukum perkembangan individu harus menjadi titik tolak pendidikan, mengingat setiap pendidikan dan proses pembelajaran pada khususnya akan selalu berhadapan dengan individu manusia yang sedang berkembang.

B. Perbaikan Pembelajaran Melalui Penggunaan Pendekatan, Metode dan Teknik Pembelajaran yang lebih Berpihak kepada Siswa
Guru harus berupaya untuk menggunakan pendekatan, metode dan teknik yang paling tepat supaya pembelajaran menjadi lebih bermakna dan hasil yang dicapai akan optimal.

C. Perbaikan Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas
Dengan menggunakan berbagai kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang guru, maka perbaikan pembelajaran dapat dilakukan. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki adalah kemampuan penelitian sederhana dalam bentuk penelitian tindakan kelas. Dengan cara seperti ini guru melakukan latihan merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran secara terbimbing dengan bantuan teman sejawat dan supervisor.

D. Hambatan Pembaharuan dalam Pembelajaran di SD
Hambatan yang paling utama dalam terjadinya pembaharuan pembelajaran di sekolah dasar berhubungan dengan kemampuan professional gurunya yang belum sesuai dengan tuntutan perundang-undangan, faktor internal dan eksternal sekolah maupun sistem pendidikan yang sedang dikembangkan.


Daftar Pustaka
Sutardi, D., Sudirjo, Encep. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung: UPI PRESS.

[+/-] Selengkapnya...

KARAKTERISTIK ANAK TUNA GANDA (MULTIPLE HANDICAPPED)


Definisi anak tuna ganda menurut beberapa ahli :
· Menurut Johnston dan Magrab 1976 : 7
Tuna ganda adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan mencakup kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan neorologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi, gerak, bahasa atau hubungan pribadi di masyarakat.

·               Menurut hukum di Amerika berdasarkan PL. 94-103
Definisi kelainan perkembangan secara ganda diperjelas antara lain :
a.   Mereka yang dikelompok ke dalam kelainan ganda antara lain tuna grahita, cerebral palsy, epilepsy.
b.  Mereka yang termasuk mempunyai kondisi lain yang bertendensi ke arah kelainan tuna grahita dengan kondisi-kondisi kelainan fungsi secara menyeluruh.
c.   Dimulai sebelum berumur 18 tahun.
d.  Kelainan terjadi secara terus menerus.
e.   Kelainan ganda merupakan kelainan substansi kemampuan seseorang untuk berfungsi secara normal dalam masyarakat.
·     Menurut Walker 1975
Tuna ganda adalah
a.   Seseorang dengan 2 hambatan masing-masing memerlukan layanan pendidikan khusus.
b.  Seseorang dengan hambatan-hambatan ganda memerlukan layanan teknologi.
c.   Seseorang dengan hambatan-hambatan ganda memerlukan modifikasi metode secara khusus.
·     Pengertian anak tuna ganda
Tuna ganda adalah anak-anak yang mempunyai masalah-masalah jasmani,mental atau emosional yang sangat berat atau kombinasi dari berbagai masalah, memerlukan pelayanan pendidikan,sosial, psikologis dan medik yang melebihi pelayanan program pendidikan luar biasa reguler,agar potensi mereka dapat berkembang secara maksimal sehingga berguna dalam partisipasi di masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan sendiri.
·     Prilaku –prilaku yang dapat dianggap menyimpang sebagai berikut :
1.  Kurang komunikasi atau sama sekali tidak dapat berkomunikasi
    Banyak yang tidak dapat berbicara, bila ada komunikasi mereka tidak merespon. ini menyebakan pelayanan pendidikan menjadi sulit.
2.  Perkembangan motorik dan fisik terbelakang
Sebagian besar anak tuna ganda mempunyai keteratasan dalam mobilitas fisik contoh :  tidak dapat berjalan.
3. Sering mempunyai prilaku aneh dan tidak bertujuan
contoh : menggosok-gosok jari ke wajah, melukai diri.
4.  Kurang dalam keterampilan menolong diri sendiri.
    Contoh : tidak dapat mengurus diri sendiri misalnya makan, berpakaian .
5.  Jarang berprilaku dan berinteraksi yang sifatnya kontruktif
    Anak-anak yang sehat dan tergolong cacat senang bermain dengan anak-anak lain.
Walaupun ada banyak kemungkinan kombinasi ketunaan, ada beberapa kombinasi yang paling sering muncul daripada kombinasi dari ketunaan-ketunaan yang lain. Kondisi utamanya yaitu retardasi mental (tuna grahita), gamgguan emosional tuli dan buta.
· Kelainan utama pada tuna grahita meliputi tuna grahita dan celebral palsy, tuna grahita dan gangguan pendengaran, tuna grahita dan masalah-masalah prilaku.
· Kelainan utama pada gangguan prilaku meliputi autisme, gangguan prilaku dan gangguan pendengaran serta
· Kelainan utama tuna rungu dan tuna netra.
Dapat dikatakan bahwa sebagian besar anak yang tergolong tuna ganda memiliki lebih dari  satu ketidakmampuan. Melalui diagnosis secara mendalam, masih sering sukar mengidentifikasi sifat dan beratnya ketuna gandaan yang dialami oleh anak dan pengaruhnya terhadap prilaku anak tuna ganda atau cacat berat dapat disebabkan oleh kondisi sangat bervariasi dan yang paling banyak adalah oleh sebab biologis yang dapat terjadi sebelum, selama atau sesudah kelahiran.
Seorang Ibu yang bergizi rendah pada saat  mengandung atau terlalu banyak minum obat-obatan atau alkohol juga dapat pula menyebabkan anak menderita cacat berat, kecelakaan kendaraan, jatuh, pukulan,nutrisi yang salah, keracunan atau karena terkena penyakit tertentu dapat berpengauh terhadap otak dan menyebabkan cacat yang berat.   

[+/-] Selengkapnya...